Minggu, 11 Agustus 2013

Our love story3


"Akhirnya berani juga lo nembak Mela. Ini baru yang namanya sepupu gue!" seru Ambar bangga sambil menepuk bahu Tama.
"Tapi gue deg-degannya sampe sekarang, Bar."
"Udah, lo rileks aja, oke? Mending lo berdoa semoga jawaban Mela adalah iya."
Tama mengangguk lalu memeluk erat sepupunya itu. "Big thanks for you my sista. Kalo bukan karena lo, mungkin sampe sekarang gue gak berani ngungkapin perasaan gue ke Mela."
"Iya, iya, udah gih buruan mandi. Nyokap ngajakin lo makan malem di rumah gue. Gak lucu dong kalo gue nunjukkin sepupu gue dengan tamopangnya yang kumel ini."
"Hu, dasar lo, ya. Iya deh gue mandi. Udah gak sabar nyicipin masakan Tante gue tersayang,"
"Hu, giliran makanan aja lo cepet. Kalo urusan nembak cewek langsung melempem." ejek Ambar. Tama hanya membalas ucapan Ambar dengan kekehannya yang khas.
Ambar merasa senang karena akhirnya sepupunya itu berhasil menyatakan perasaannya kepada gadis yang ia suka.
"Akhirnya tugas gue selesai. Ah... giliran gue sekarang nyari pacar beneran."
***
"Dia nembak gue di taman ini, dan gue juga harus kehilangan dia di taman ini. Lo tau betapa sakitnya gue saat itu?"
"Mel, itu semua udah takdir Tuhan. Kematian itu sudah di atur sama Tuhan. Kita cuma bisa ngejalani takdir yang udah Tuhan tulis buat kita." kata Ambar.
"Kalo aja gue gak nyuruh dia ke taman ini, mungkin sampe sekarang dia masih hidup. Gue masih bisa ngeliat cengiran jelek dia."
"Mel..." panggil Ambar pelan.
"Andai saat itu penyakitnya gak kambuh. Andai gue tau kalo dia baru keluar dari rumah sakit. Andai gue tau...."
***
"Bagaimana keadaan sepupu saya, dok?" tanya Ambar saat melihat dokter yang menangani Tama keluar dari UGD.
Dokter Dina menghembuskan nafas dengan berat. Ambar merasa jantungnya sangat sakit saat melihat ekspresi dokter itu. Mela terus meneteskan air mata dan kemudian jatuh pingsan setelah mendengar jawaban dari Dokter Dina.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami tidak dapat melawan kuasa Tuhan. Saudara Tama sudah berusaha sekuat tenaga melawan sel kankernya. Tapi sel kankernya lebih kuat dari semangat Tama untuk bertahan hidup. Kanker otaknya sudah tahap akhir, dan akibat kecelakaan ini Tama tidak dapat bertahan lagi. Tuhan sudah memanggil Tama untuk menghapNya."
***
"Mel, mending kita pulang yuk. Udah malem. Anginnya gak bagus buat badan lo."
Mela mengangguk lemah. Walaupun hatinya masih menginginkan dirinya untuk tetap berada di taman ini. Tapi kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk tetap berada di tempat ini.
Baru beberapa langkah Mela dan Ambar meninggalkan taman itu, Mela langsung jatuh pingsan di pelukan Ambar.
"Mel, bangun Mel," Ambar menepuk pelan pipi Mela.
Ambar semakin khawatir saat mendapati wajah Mela yang pucat seputih kapas. Dengan terlatih Ambar memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Mela. Ambar tak kuasa untuk tidak meneteskan air matanya.
"Inalillahi wa inalillahi rojiun...." Ambar berkata lirih sambil memeluk tubuh Mela yang semakin dingin.
"Semoga lo bahagia di sana, Mel."

Dikutip dari: kawankumagz.com

Our love story2


Mela menutup matanya yang terasa berat. Bayangan masa lalu itu selalu menghantuinya. Masa lalu yang selalu ingin ia perbaiki.
"Kenapa harus seperti ini?" tanya Mela lirih.
Gadis itu melepas kacamatanya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Menatap rerumputan di dekat kakinya. Dengan perlahan gadis itu kembali menengadahkan kepalanya. Menatap langit yang sudah berubah warna.
Malam tlah tiba.
"Apa ini balesan dari elo buat gue? Iya? Jawab! Jawab!!!"
"Mela..." panggil sebuah suara di belakangnya. Mela menoleh dan melihat Ambar mendekatinya dengan langkah pelan.
"Udah gue duga, lo pasti di sini." Kata Ambar pelan, kemudian duduk di samping Mela.
"Lo tau? Gimana sakitnya ngeliat kematian di depan mata lo sendiri?" Tanya Mela lirih.
Ambar merangkul bahu Mela yang bergetar. Matanya kini mulai berkaca-kaca.
"Gue ngerti, Mel. Gue ngerti,"
"Rasanya nyesek, Bar. Rasanya nyawa lo juga ikut mati."
"Mel, lo jangan nyiksa diri lo kayak gini. Dia bakal gak tenang di sana kalo lo terus-terusan kayak gini." ujar Ambar sarat perhatian.
"Lo gak tau, Bar. Lo gak ngerasain."
***
Tama menatap gadis yang tengah serius membaca di bangku taman belakang sekolahnya ini. Sudah dari awal masuk menjadi murid SMA Tama sudah mulai menatap gadis itu secara diam-diam seperti ini.
"Mau sampe kapan lo jadi mata-mata kayak gini?" sebuah suara pelan di belakang Tama sontak membuatnya terlonjak kaget.
"Mau sampe kapan, ha?"
Tama meringis pelan saat melihat Ambar di depannya tengah berkacak pinggang.
"Emang lo mau dia jadi benci gara-gara pertengkaran gak mutu kalian selama ini?" tanya Ambar lagi.
"Gue gak tau, Bar." jawab Tama dengan nada lelah. "Dia benci sama gue juga, gak papa. Mungkin ini lebih baik bagi gue."
"Mungkin ini lebih baik buat gue..." Ambar mengulang kata-kata Tama dengan nada mengejek. "Gue gak nyangka sepupu gue bisa seperti ini. Lembek banget! Gak sesuai banget dengan predikat 'prince charming' yang lo sandang."
"Yang ngasih predikat itu kan bukan gue yang pengen, Bar. Para fans gue yang ngasih itu ke gue,"
"Cih, fans lo bilang? Gue yakin fans lo bakal nangis darah kalo tau pangeran mereka gak berani deketin cewek yang dia suka."
"Gue bukan gak berani, Bar." kata Tama pelan.
"Trus? Ini apa namanya kalo gak berani?" kejar Ambar.
"Mela itu berbeda dari cewek yang lain. Gak terpengaruh dengan predikat yang gue sandang. Bahkan dengan beraninya dia nentang gue. Gue bosen dengan cewek-cewek yang ngejer gue. Mela beda, dia... istimewa...."
" Udah, mending lo jujur sama dia tentang perasaan lo. Gue capek jadi pacar boongan sepupu gue sendiri. Bisa susah gue dapet cowok beneran gara-gara elo."
***
"Dia selalu sayang sama elo. Dia gak bohong." kata Ambar.
Mela menoleh, memperlihatkan Ambar wajah rapuhnya.
"Tapi dia udah bohongi gue tentang penyakitnya." seru Mela.
Ambar tersenyum tipis sambil menghapus jejak-jejak air mata di wajah Mela.
"Lo harus tau, Mel. Tama juga gak tau tentang penyakitnya ini. Penyakit ini gak pernah dia sadari sampe ajal menjemput dia."
***

Our love story

Senja yang bergantung di ufuk, angin yang sepoi-sepoi melambai tak sedikit pun membuat gadis itu berhenti memandang langit dengan tatapan sendu. Bibirnya yang mungil berulang-ulang kali mengucap sebuah kata yang hanya bisa ia dengar sendiri. Matanya memerah, nafasnya tersenggal-senggal, terbungkus emosi yang sedari tadi berusaha ia redam. Air mata yang sedari tadi mendesak ingin keluar pun kini mulai membasahi pipi mulusnya. Kacamatanya kini mulai berembun. Membuat pengelihatannya sedikit mengabut.
"Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa?" tanyanya lirih pada jingga di langit sana.
***
"Lo gak akan pernah tau karena elo itu ngerasa lo yang paling bener!" Mela, gadis berkacamata yang pendiam itu membuat seluruh penghuni SMA Arbidasari terdiam seketika.
Bagaimana tidak, gadis yang terkenal pintar, dingin, dan hanya mengeluarkan suaranya jika perlu itu kini dengan berani-beraninya membentak seorang Abitama Arbidasari.
Hello, siapa sih cewek yang gak kenal Tama? Anak pemilik yayasan Arbidasari sekaligus salah satu prince charming di sekolahnya. Bahkan Mela tau betul siapa yang ada di hadapannya kini. Laki-laki yang menatapnya dengan tatapan meremehkan.
Tama mendengus pelan, kemudian dengan angkuhnya dia menepuk-nepuk bahunya yang tadi disentuh Mela.
"Udah ceramahnya 'Tuan Putri'?" Tanya Tama disertai senyuman sinisnya.
"Mending kita pergi aja deh Tam." bisik Ambar manja sambil bergelayut di lengan Tama.
Tama menoleh dan tersenyum tipis kepada kekasihnya itu. Dengan pelan Tama mengangguk dan berlalu meninggalkan kerumunan yang mengelilinginya.
"Jangan ngerasa lo hebat," bisik Tama saat laki-laki itu melewati Mela.
Mela yang mendengar perkataan Tama langsung menyunggingkan senyumnya. "Lo kira gue takut?"

Boleh kusebut ini pengakuan?


Why did I end up falling for you?

Sesuatu yang tak pernah bisa kuprediksi. Pertama kali melihatmu, biasa saja. Aku melihatmu tertawa. Aku melihatmu bersenda gurau besama teman-temanmu, dan kesimpulan itu mengudara sendiri di kepalaku; Kamu yang (sepertinya) lucu. Kamu yang (sepertinya) menyenangkan. Kamu yang juga (sepertinya) baik. Lalu, selesai. Pertemuan pertama itu tidak menghasilkan apa-apa, ya, karena waktu itu pun aku tak berharap bisa mengenalmu. Biasa saja.

Lalu pada hari berikutnya, suatu hal?kecerobohanku, sebenarnya? berhasil membuatmu berbicara padaku untuk yang pertama kalinya. Kamu menertawakanku saat itu. Awal percakapan yang tidak manis, memang. Tak apa, pikirku. Toh saat itu aku tak menyukaimu. Tapi entah kenapa saat itu aku merasa senang, karena, ya, setidaknya aku sudah berkontribusi memberikan satu tawa di hidupmu.

Hari demi hari berlalu begitu saja. Percakapan via sosial media, tawa hangat yang terurai tiap kali bertemu, satu kenangan manis yang (akan selalu) kuingat dan kusimpan sendiri, membuatku mulai memikirkan kamu. Tidak, aku belum menyukaimu. Aku hanya suka berada di dekatmu. Aku hanya mulai mencari-cari sosokmu di keramaian. Aku hanya suka berbincang denganmu. Itu saja.

Hingga pada suatu hari kabar itu sampai ke telingaku; kamu telah memiliki kekasih. Patah hati? Tidak. Aku sudah bilang, kan, aku tidak menyukaimu? Jadi, ya, aku tidak mungkin patah hati. Aku hanya merasa sedikit sedih, tanpa tahu kenapa. Saat itu, sepertinya ada bagian dari dalam hatiku yang ikut pergi; tiba-tiba kosong, menguap entah kemana. Tapi itu bukan patah hati, sepertinya. Aku meyakinkan diriku sendiri.

Waktu berjalan cepat, maksudku, mungkin saja waktu bisa berlari atau terbang. Dengan satu kedipan mata saja, waktu yang lalu sudah menghilang entah kemana. Aku mendengar kabar kalau kamu telah mengakhiri hubunganmu dengan wanita itu. Ada rasa hangat yang tiba-tiba menelusup ke celah-celah hatiku. Senang, mungkin. Aneh, ya, padahal (kurasa) aku tidak menyukaimu.

Aku semakin sering berharap kamu ada di antara keramaian. Aku tidak sengaja selalu mengharapkan keberadaanmu di sekitarku. Aku tidak sengaja mencari-cari sosokmu dengan sudut mataku. Aku tidak sengaja kerap menatap sekeliling saat melewati tempat terakhir kita bertemu sebelum dan sebelumnya lagi; sembari berharap kamu akan ada di sana seperti yang sudah-sudah. Aku tidak sengaja kecewa saat tahu ternyata kamu tidak ada di sana. Aku tidak sengaja tersiksa saat tidak menemukanmu di manapun.

Kamu percaya skenario Tuhan lebih indah dari apapun? Aku percaya. Karena, tepat di saat aku tidak mengharapkan apa-apa lagi. Tepat di saat aku mulai belajar untuk hidup tanpa perlu melihat kamu, skenario indah itu mulai berjalan dengan natural. Manis sekali. Aku mulai kembali sering melihatmu. Kita semakin sering saling tertawa dan bersenda gurau. Senin, Kamis, Jumat, Sabtu, adalah hari-hari dimana aku begitu sering bertemu kamu. Takdir amat berbaik hati mengizinkan aku bercakap-cakap denganmu. Hari-hari yang amat istimewa dalam hidupku. Kamu tahu, aku mengingat semuanya dengan sangat baik. Semua kata-katamu, semua cerita-ceritamu, semua candaanmu, semua ekspresi wajahmu. Semuanya. Aku sungguh mengingat semuanya.

Kamu tahu? Setiap kali tidak sengaja memutar semua memori itu di kepalaku, ada rasa hangat yang tiba-tiba menelusup ke seluruh tubuhku. Seolah ada jutaan kupu-kupu yang senang sekali menari di perutku, memberikan getar-getar aneh yang menjalar hingga ke sudut kecil hatiku. Membuatku semakin sering tersenyum dan tertawa sendirian. Ah, beginikah rasanya jatuh cinta lagi, setelah sekian lama kubiarkan hatiku kosong dan dingin. Ternyata ? rasanya menyenangkan.


Tidak. Kamu tak perlu risih. Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan meminta balasan. Itu permintaan yang berlebihan, bukan? Aku cukup tahu diri. Cuma, yang aku tidak habis pikir, kenapa aku justru jatuh ke padamu. Kenapa (lagi-lagi) aku membiarkan hatiku jatuh tanpa tertangkap. Sejak awal aku mencoba mengingkari hati, tapi sia-sia, kan? Karena, semakin aku mengingkarinya, justru semakin erat rasa itu meremas hatiku. Sakit. Jadi lebih baik aku begini. Mengaku pada dunia, ya, setidaknya mengaku pada diriku sendiri, bahwa aku menyukaimu. Aku memang menyukaimu.

Jangan pernah berubah, kumohon. Jangan pernah menjauh. Tetap seperti itu saja. Biarkan aku mengumpulkan sendiri semua kenangan-kenangan indah bersamamu dalam satu wadah yang kunamai hati. Jangan. Pernah. Berubah. Aku sudah cukup senang kau jadikan teman. Aku sudah cukup bahagia kau anggap adik.

Mencoba mengerti bahwa mungkin beberapa perasaan memang tercipta untuk terpendam dan tersia-siakan. Juga belajar menerima, bahwa nyatanya, kamu memang tak pernah menjadikanku pilihan. Kamu (mungkin) tak pernah menyukaiku seperti aku menyukaimu. Benar, kan? Tak apa. Yang terpenting kamu bahagia. Ah iya, aku teringat sesuatu. Sesuatu yang juga pernah kamu ceritakan. Kamu sedang menyukai orang lain, kan? Perjuangkanlah dia. Perjuangkan kebahagiaanmu. Aku, di sini, akan selalu berdoa yang terbaik untukmu.

Namun nanti, jika pada akhirnya kau merasa lelah, maka pulanglah, akan selalu ada aku yang setia menunggumu tanpa celah.


Aku teringat satu kutipan dari salah satu seniman favoritku; Fiersa Besari: Aku selalu berdoa dua hal 
dalam ibadahku. Satu, agar kau bahagia, dan dua, semoga kau bersamaku. Namun, saat Tuhan hanya mengabulkan yang pertama, tak apa. Tuhan pasti lebih tahu.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Tentang kita


Entah bagaimana nanti kita terpisah
dengan pertengkaran, kematian atau bahkan tak ada alasan?
bisa membayangkan?

lalu bagaimana dengan hari yang sudah kita warnai,pertengkaran dengan matahari bersahabat dengan senja dan menangis dengan malam?

jangan lakukan itu, lakukan sesuatu selamatkan kisah kita.
bagaimana tentang tangan kita yang sudah menangkap air mata ?
tentang sebuah canda tawa yang tak ada dua nya? entahlah.
aku tak pernah ingin ini berakhir :)

Dikurip dari: kawankumagz.com

Matahari bumi dan cinta


"Hallo, selamat pagi Matahari yang menghangatkanku di sepanjang hari" sapa Bumi kepada Matahari. 
"Selamat pagi planet yang setia pada orbitnya, sambutlah senyumku ini dan beritakan kabar gembira pada manusiamu"
"Tidak. Senyummu itu bukan terkhusus untukku. Dari dulu engkau tak bisa setia padaku. Entah aku harus berbuat apa" jawab Bumi dengan nada kesedihan. Bumi menangis.
"Aku tidak mendua. Aku hanya berbagi senyum kepada kawanmu lainnya. Apa yang kamu inginkan? Kesetiaan dariku? Aku bisa setia tapi aku tak bisa bila harus menyinarimu saja. Mana bisa"
"Bagaimana dengan Bulan? Dia lebih setia daripadamu. Dia menyinariku saja"
"Apakah kamu yakin senyum Bulan itu asli? Apakah kamu tau jika Bulan sebenarnya tidak bersinar? Dengar Bumiku sayang, aku diciptakan tidak untuk menjadi setia denganmu tapi aku diciptakan untuk bisa menjaga dan menyayangimu. Kita tidak ditakdirkan dekat tapi Tuhan Maha Adil, kita masih ditakdirkan untuk saling bertemu di Gerhana. Bayangkan bila aku terus disampingmu...aku bisa membunuhmu. Aku memberikan kehangatan yang pas untukmu dan masa depanmu. Aku tidak menduakanmu dan saat ini aku tidak sedang merayumu" tutur Matahari.
"Jadi.....aku...maaf" 
Bumi hanya tersenyum haru mendengar kisah Sang Matahari.
Seperti cinta, sebenarnya indah namun terlalu menuntut. Dua hati yang tengah damai harus terpisah hanya karena tidak ada kata setia. Jangan berpikir Matahari tidak setia, justru dia sangat setia pada tugasnya. Ia hanya ingin melindungi Bumi. Jadilah Bumi yang tidak banyak menuntut. Jadilah bumi yang tidak cemburuan. Apa jadinya bila benar Bumi memilih Bulan? Hanya memilih senyum palsu yang sebenarnya dingin dan sama sekali tidak menghangatkan. Cinta itu tidak butuh kesempurnaan, cinta itu hanyalah perasaan manusia yang harusnya diekspresikan dan dikembangkan, bukan dieksperimenkan. Menyayangi cinta dengan kasih, bukan dengan cinta.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Mengenangmu (secret admirer)

Banyak hal yang tak bisa aku ungkapkan tentang dirimu. Sejak pertama kali melihatmu, aku suka. Saat bertemu denganmu walau aku yakin kau tak akan memandangku seperti pandanganku terhadapmu, tak apa. Dengan senyum yang mengarah kepadaku, senyum keakraban saja, tak apa.Yang terpenting adalah aku dapat melihat, memandangmu dengan jelas dan senang walau hanya sekilas.

Saat semuanya berakhir. Semua orang mengetahuinya bahwa aku menyukaimu. Aku takut kau menghindar dariku. Dan ternyata benar ketakutanku itu terbukti. Kau menghindar dariku. Ketika kita bertemu, berpapasan seakan aku tak ada. Kau mengacuhkan ku. Apa salahku menyukaimu? Apa ada peraturan bahwa aku tak boleh menyukaimu?

Tetapi perasaanku tetap sama, tetap menyukaimu.

Sudah satu tahun kita seperti ini. Kau mengacuhkanku dan aku tak dapat memandangmu seperti dulu. Aku ingin kita seperti dulu. Walau aku tak dapat berharap lebih kau akan juga menyukaiku. Disatu sisi aku senang kau mengetahui perasaanku sebenarnya tetapi buat apa? Kalau akhirnya jadi seperti ini. Lebih baik aku memendam perasaanku saja seorang diri.


Dikutip dari: kawankumagz.com

Senja sore hari


1 Agustus 2005
Seorang perempuan berparas cantik, berambut hitam lurus, berbaju merah muda meninggal bunuh diri tepat sore hari di bawah jembatan. Di tangannya terdapat sebuah kertas undangan. Dia bunuh diri karena tahu kalau kertas undangan itu milik kekasihnya. Rasa kecawanya dan sakit hatinya tak bisa tergambarkan sehingga dia bunuh diri. Nama cewek itu adalah Senja.

5 April 2002
Senja menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang telah menjadi kekasihnya. Mereka baru saja menjalin hubungan. Pertemuan mereka tak pernah d sengaja. Senja jatuh cinta pada saat laki-laki itu menolongnya. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama.

5 April 2004
Mereka menjalin hubungan telah 2 tahun lamanya. Sore hari dan jembatan itu menjadi saksi awal mereka menjalin hubungan. Di sore hari dan jembatan itu pula menjadi saksi hubungan mereka selama 2 tahun ini. Selama 2 tahun ini, suka duka senang susah gembira sedih mereka lalui bersama-sama. Betapa romantisnya mereka.

1 Agustus 2004
Mereka bertemu lagi di sore hari dan di jembatan itu. Kekasih Senja berpamitan kalau dia akan pergi meninggalkannya. Karena ada hal yang harus di kerjakan. Kekasihnya berpesan "Tunggulah aku, kau jangan pindah ke lain hati. Setialah kepadaku karena aku akan kembali. Temuilah aku di sore hari dan di jembatan ini". Sebenarnya, Senja tak mau ditinggalkan. Tetapi, dia menerimanya karena dia percaya dengan kekasihnya. Dia tak ingin meneteskan air matanya di depan kekasihnya. Pergilah kekasihnya meninggalkannya tepat sore hari di jembatan itu.

30 Juni 2005
Dia selalu setia menunggu kekasihnya datang. Setiap sore hari selama 1 tahun ini dia datang di jembatan itu demi menunggu dan menjemput kekasihnya jika datang. Selama ini, dia selalu berharap kekasihnya akan datang dan kembali kepadanya. Dan sekarang, harapannya terwujud. Kekasihnya datang dan menemuinya. Namun kekasihnya memberikannya sebuah kertas undangan. Senja berharap kertas undangan itu didalamnya terdapat namanya dan kekasihnya. Sia-sialah sudah dia menunggu. Hancur sudah semua harapannya. Yang didalam undangan itu bukan namanya tetapi melainkan perempuan lain yang akan menikah dengan kekasihnya. Dia sangat kecewa dan sakit hati. Air matanya tak terbendung. Dia lari sejauh mungkin meninggalkan kekasihnya di sore hari dan di jembatan itu dengan membawa kertas undangan. Dan di undangan itu kekasihnya akan menikah pada tanggal 1 Agustus 2005.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Divonis mustahil


Hujan diluar jendela masih sangat deras dan akupun
hanya melewatkannya dengan bermanja-manja
bersama Gadget-ku. Terus saja hidungku mencoba
meraih baunya, iya... aroma khas air hujan yang
menyatu dengan tanah.
dengan sok sibuknya, tetap bersama si gadget
walaupun aku sebenernya tak cukup paham apa
tujuanku membuka gadget-ku. akhirnya ku arahkan jari
telunjukku mengenai icon browser. entah kenapa tulisan
"Facebook" menyeret perhatian mataku, tanpa ampun
langsung aku klik saja. makanan dimeja belajarku tak
luput juga dari rayuan jemariku agar bisa menemani
keseriusanku mencumbui kabar berita diFacebook.
aku terus menyentuh layar gadgetku naik turun sambil
sesekali menatap langit-langit kamar.
tak berapa lama kemudian nama dan statusmu
menyeruak ke permukaan beranda. senyumku mulai
mengembang dan terkadang sedikit deraian tawaku
mulai memecah kebisingan air hujan tatkala aku
membaca setiap aksara yg kamu tulis. hatiku mulai tak
betah berdiam diri dan mulai menikam pikiranku dengan
berbagai pertanyaan, "apakah itu untuk aku?" "apa itu
karena aku?" "untuk siapakah?"
tak lebih dari setitik asa bahwa semua itu memang
benar untukku. aku memang terlalu nekat untuk melukai
hatiku dengan tak pernah berhenti menaruh harapan
"padamu", orang yang tak pernah menjemput harapan
dan doa-doa kecilku yg selalu kurajut malam demi
malam dan yang membuatku divonis mustahil untuk
memiliki hati yg selama ini aku yakini...
(Bersambung)

Dikutip dari: kawankumagz.com

Sempurna yang sederhana


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H! mohon maaf lahir dan batin. 
Suasana hari lebaran hari ini dibumbui dengan terik matahari yang sedikit kelewat batas. Aku membenamkan diri dikamar setelah kehabisan energi memaafkan kesalahan orang-orang, haha hanya bercanda. 

Aku menikmati film yang sudah puluhan kali ku tonton tetapi masih menghasilkan sensasi seperti pertama kali melihatnya-battleship. 

Lalu ada suara motor berhenti tepat didepan rumah, tiba-tiba imaginasi mengajakku untuk menciptakan suatu kondisi dimana kamu adalah orang yang mengendarai motor itu. 

Aku suka sekali, kamu memakai baju koko warna putih dengan sedikit hias motif jahitan berwarna kelabu. Dan aku membukakan pintu...

Lalu kamu tersenyum dan menghentikan langkah yang jaraknya sudah dekat denganku. "Maafin aku ya kalau ada salah-salah selama ini..."- tentu saja aku tidak bisa menahan rekahnya senyumku.

"Iya, aku juga minta maaf ya. masuk yuk.." kamu sudah buru-buru memotong kalimatku,.
"Aku gak bisa lama-lama, aku hanya mau titipkan ini ke kamu..." Sebuah kotak kecil warna merah padam kamu sodorkan padaku. "Maaf, aku gak akan jadi kupu-kupu lagi. Tapi ku harap kamu mau nunggu aku sukses..." 

Aku membuka kotaknya perlahan, sebuah cincin sempurna yang sederhana bertengger didalamnya. Astaga...

Entahlah, aku harus mengatakan apa? Aku hanya menatapmu dan cincin itu bergantian. Ya Allah...bolehkah aku berterimakasih atas idul fitri yang indah ini? 

"Coba, pasang gih." 
"Heh? Iya..." pas dijari manisku. "Makasih ya. Aku mau jadi teman hidup yang selalu ada disetiap cerita bagaimana kamu bisa sukses nanti." 
"Alhamdullilah..." 
Dan satu suara berteriak dalam hati, Ya Allah aku menyayangi satu makhluk ciptaanmu ini, kalau boleh tolong lindungi dan simpankan dia untukku.


Tapi...maaf, itu semua hanya hayalanku. Bahkan segalanya justru berbanding terbalik. Tidak ada cincin, tidak ada pertemuan, bahkan tidak ada dia.

Satu-satunya tokoh yang ku ceritakan justru tidak benar-benar akan melakukan hal seperti itu. Sudah jelas ini hanya aku saja. Dan biarlah tetap begini saja. Jalan cerita ini tidak selalu menunjukkan kalau aku tidak bahagia.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Bukan cinta tapi kagum


Air mukanya masih seperti dulu , sebelum berhijab . Tatapan nya bersih ,cerah ,tanpa make up . Suara nya lembut , baik kepada setiap orang . Pribadinya yang ramah mungkin membuat dia terlihat lebih istimewa dari perempuan biasa . 

Mungkin itu semua alasan yang membuatku tertarik masuk ke dalam dunia nya . Seperti kutub selatan dan utara yg saling tarik menarik . Akupun tercebur ke dalam nya , masuk tanpa paksaan . Dia membuat ku leluasa masuk ke dalam hidup nya . 

Akupun menikmati dan mengikuti setiap hari-harinya yang sibuk dengan kegiatan nya . Tapi yg aku suka di kesibukan harinya . Dia tetap peduli dengan sesama . Dengan orang orang yang terlahir kurang beruntung . Akupun mengikuti setiap kegiatan sosial nya , walaupun tak secara langsung .

Tak terasa waktu pun berjalan sangat cepat . Namun semakin hari aku semakin jenuh . Dia semakin dingin . Seperti acuh kepadaku . Namun perasaan ku kepadanya masih sama . Masih tetap menganggap pribadinya istimewa . Dan pada satu detik terahir . Aku pun tersadar , sadar akan perasaan ini . Mungkin aku hanya memujanya , menyukai pribadinya , tapi tak ada kenyamanan di situ . Bukan cinta , tapi hanya segumpal rasa kagum .

Dikutip dari: kawankumagz.com

Tahu diri


Sudah berulang kali kupaksakan diriku untuk berkata tidak dan tidak.
Mengapa, sih, bayangmu tidak pergi juga?
Pertemuan singkat ini hanya akan merusak segala upaya yang telah kutata rapi-rapi.
Kemaren-kemaren, toh aku sudah berhasil membuang segala tentangmu dari pikiranku.
Tapi tadi, baru saja, kamu lewat dan tersenyum; menghancurkan segalanya.
Awalnya senyumanmu mungkin bisa kutahan, kuabaikan.
Namun begitu kau berjalan mendekat, dan menatap mataku, segala upayaku hancur. Kau kembali dan aku terseret lagi dengan kenangan masa lalu.
Suara lembutmu memang selalu bisa membuatku tersenyum, dan jabatan tanganmu selalu bisa menggetarkan lagi ingatan tentangmu.
Dan untuk kali ini, aku mengingatmu kembali.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Jatih cinta diam-diam


Entah apa namanya ini; terus menunggu seseorang padahal aku tau seperti apa akhirnya.
Seperti biasa, kamu lewat di hadapanku, dan aku? Cuma bisa menatapmu; terpaku. Terpana. Berharap akan muncul keberanian, aku bisa menyapamu.
Tapi... tidak apalah. Toh aku hanya bisa mencintaimu dalam diam.
Yap, jatuh cinta diam-diam tanpa pernah berani untuk mengungkapkan.
***
"Hey... Liat deh dia kesini!" bisik temanku.
Aku menghelas nafas. "He's so charming... Tapi, udahlah."
"Kok udahlah? Kamu suka dia, kan?"
Aku mengangguk perlahan. "Iya... Tapi, udah gak ada kesempatan lagi."
"Dia udah jadian?"
Aku menggeleng. "Belum."
"Dia belum jadian dan kamu udah nyerah? Perjuangin dong kalo kamu memang sayang sama dia."
Aku menatap dirinya yang lewat di ujung sana.
Seandainya selalu mudah untuk memperjuangkanmu.
***
Dear kamu....
Kayaknya udah terlalu lama aku menunggu. Rasanya capek.
Aku nunggu kamu yang gak pasti.
Apa kamu mau jamin, di ujung penantianku nanti kamu bisa sama aku?
Gak kan?
Dont wanna let you go, but should I wait for you again?

Dikutip dari: kawankumagz.com

Mencintai tanpa memiliki

Sampai saat ini hatiku perasaan ini masih untukmu, namun tak akan jadi milikmu,karena kamu miliknya. Namun, aku bahagia dgn perasaan yang aku miliki sekarang karena aku masih bisa bertahan mejaga perasaanku untukmu. Ya mungkin ini namanya "mencintai tanpa memiliki". Tanpa lelah aku selalu tetap tersenyum dibalik kesedihanku. Namun, buat apa aku berlarut2 dalam kesedihan? Bukankah Allah sudah mengatur semuanya? Ya,pasti rencana-Nya jauh lebih dari indah. Memandangimu dari kejauhan itu sangat lebih dari cukup, han.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Waktu sunyi

Berdiam diri dalam ruangan gelap, terdengar sesekali detik jam yang terus berputar mengikuti tugasnya. Sesekali dia berdiri namun masih diam mulutnya bisu tak ada untaian kata yang terucap terlihat wajahnya penuh kegelisahan, berdiri berjalan bolak-balik tak menentu arah dan tujuan pasti. Warna langit mendadak berubah menjadi gelap menggambarkan suasana hati ferdy yang masih resah akan sesuatu itu, Suara langit menjadi gemuruh menandakan hujan akan turun bersamaan dengan suara angin yang berderuh kencang. 
Ferdy menjadi benci suasana saat itu seketika sikapnya yang baik, ramah, sopan dan selalu menjadi teman baik dimata sahabatnya menjadi berubah ada nada kebencian terlihat dari wajahnya dan ucapnya saat kesal menunggu waktu yang tak pasti. 

?kemana dia? masih belum memberi kabar untuk sekian kalinya?"Ucapnya ferdy yang menggerutu dalam hatinya.

Hujan turun semakin deras mengeluarkan suara gemuruh hingga detik jam mulai tak terdengar, tetesan hujan seakan menjelma suasana hati yang sedang resah. Cahaya lampu mendadak mati dan ruangan menjadi gelap semakin melengkapi kegundahan hati ferdy.
Sesekali dia tidur meluruskan kaki sambil menarik nafas mencari aura ketenangan namun bayang-bayang gadis itu masih terngiang dalam ingatannya.

Senyuman yang dilemparkan naela sang gadis senja mendadak mengalihkan perhatian ferdy saat berada dalam keramaian bersama para sahabat-nya di pinggir taman kota minggu lalu. Bermula dari senyuman membuatnya tertarik pada gadis itu untuk bisa berkenalan lebih dekat. 
Dia adalah naela, gadis yang mampu membuat ferdy luluh setelah kisah masa lalu-nya yang kelam selalu menghantuinya dan membuatnya tidak mampu membuka hati untuk orang lain. 

Ketampanan-nya menjadi luntur seketika dia mengingat luka dalam di masa lalu, mencintai dengan tulus hanya mendapatkannya hadiah luka.

Perlahan dia mengubur masa lalu itu, naela hadir seakan menghapus luka itu. Senyumannya bak penghapus yang kemudian menghapus coretan dalam kertas putih dalam sekejap menjadi bersih. 

Ferdy mencoba membalas senyum naela, rasa penasarannya membuat dirinya berani untuk berkenalan. 
Mendekat dan mengulurkan tangan itulah yang dia lakukan demi bisa berada dalam pelukan naela. 

" hai namaku ferdy, boleh tau nama kamu?" 
suara ferdy begitu menandakan seorang cowok yang berwibawa selalu membuat seorang wanita menjadi luluh.

?hai, namaku naela.."gadis itu membalas uluran tangan ferdy sekaligus memperkenalkan dirinya. 

Terjadi percakapan yang begitu akrab diantara keduanya, perkenalan singkat itu menjadi mereka sepasang burung yang sedang singgah untuk sekedar beristirahat di sebuah daratan. Saling menceritakan masa lalu selalu membuatnya menjadi semakin dekat dan akrab, dua pasang mata yang menyatu.
Kedekatan itu menjadi sebuah harapan yang tumbuh dalam kenyataan hati ferdy, angan-angan sebuah harapan selalu ingin menepi pada kepastian namun waktu terkadang mengalahkan harapan yang ada.

Menunggu balasan naela dalam ruang gelap ditambah suasana hujan semakin membuat ferdy geram, puncaknya tiba ketika tahu dia ketiduran sampai esok pagi naela tak kunjung juga membalas pesan 
singkatnya. 

Pesan itu hanya sebuah pertanyaan dari ferdy akan kemanakah hubungan ini berlanjut, pertanyaan yang menjurus untuk mencari kepastian itu selalu tak dihiraukan oleh naela. Seakan dia tidak mempermasalahkan hal itu mendiamkan ferdy penuh harapan begitu saja, hingga suatu saat tiba jawaban itu tak kunjung hadir naela menghilang begitu saja tanpa ada jawaban pasti. 

Kata terakhir dari ferdy saat-saat dia kecewa, seharusnya dia tahu bahwa ?Menunggu adalah sebuah hak sedangkan memberi kepastian adalah suatu kewajiban."


Dikutip dari: kawankumagz.com

Undangan berbau melati


Entah ingin kumulai cerita ini darimana, mungkin aku akan mengenalkan diriku yang "pengecut" ini. Ya, seorang bernama Aris ini memang seorang pengecut. Telah lama ia memendam hasrat dengan Rianti, teman semasa bersekolah di SMA dulu. Rianti yang manis, baik, dan selalu menjadi pujaan hatiku dan mungkin seluruh anak laki-laki ingusan di sekolahku yang belum bisa membedakan "hasrat" dan "kasih sayang". Aku dan Rianti sekelas waktu itu mulai dari kelas 2 SMA, kami di dalam kelas seperti sepasang sejoli yang sedang memadu kasih, namun waktu itu dalam hatiku timbul keraguan, karena Rianti selalu baik dengan semua teman-temannya, baik itu perempuan maupun laki-laki. Jadi aku berpikir dia hanya berbuat yang "biasa" yang dia perbuat pada teman-temannya yang lain itu.

Sekarang aku sudah bekerja sebagai Akuntan di sebuah perusahaan berkembang di Ibukota Jakarta. Namun, undangan berbau mawar yang dikirimkan melalui temanku semasa SMA, Aryuni, membuat leherku seakan tercekat. Bagaimana tidak, karena undangan itu adalah undangan pernikahan Rianti!!. Aku serasa di ujung ambang kesedihan, seseorang yang lama kukagumi dan tiap saat aku bermimpi ia akan melahirkan anak-anakku yang lucu-lucu dari rahimnya, kini akan menikahi orang lain!!!.
Tinggal menghitung jam saja pernikahan yang paling kusesali, Aryuni menelponku dari ujung sana.
"Eh buluk, lo ngga dapet undangannya atau gimana sih? kami semua sudah nunggu lo nih disini. Lo temen yang ngga seru ih! sohib sekelas udah sibuk-sibuk bantuin Rianti, eh lo malah biasa aja."
Gue banyak urusan kantor, bawel lo! lo mau nyelesein kerjaan gue apa!?!"
"Eh, kok malah lo yang marah!?! sekali-kali jangan lurus-lurus aja hidup lo ngapa!?! sohib mau nikah kasi selamat kek apa kek!?! Rianti juga udah kangen berat dengan lo nih!"
Deg! Serasa hatiku tertohok, apa benar yang diucapkan Aryuni? Ah, masa bodohlah.
"Eh buluk malah mingkem aja!?! gue jemput lo ya!"
"Eh,tu-tung...."
Aryuni menghentikan secara sepihak percakapan kami, ya mau bagaimana lagi, aku sudah tahu kalau Si Bawel Aryuni sudah berkata, orang sebanyak apapun yang menentangnya pasti tak digubrisnya.
Singkat cerita, aku telah sampai di tempat pernikahan dengan tanganku ditarik oleh Aryuni. Disini aku sudah seperti anjing peliharaannya saja, ditarik kesana kemari. Aku terkejut saat memasuki ruang rias, aku bukan terkejut dengan banyaknya teman sekelas yang ada disana, tapi aku terkejut melihat rupa Rianti. Dia seperti bidadari surga yang jatuh dari langit, mulutku ternganga lebar seakan tak percaya, dia malah sekarang lebih manis, ah bukan, malah lebih cantik menurutku dengan gaun merah marun tanpa lengan tersebut. Kekagetanku terhenti ketika suara tertawa yang amat renyah itu menyadarkanku.
"Eh, Arisss! apa kabar?"
Ah, senyummu Rianti, semakin manis saja.
"Eh, i-iya Ri, a-aku baik-baik saja k-kok..."
"kok lama sih datangnya sih??? aku udah kangen nih? Hihihi."
"la-lagi si-si-sibuk Ri..."
Konyol rasanya apa yang kuperbuat, gaya bicaraku tidak pernah berubah saat berbicara dengannya, bahkan mungkin lebih parah dari saat SMA dulu. Namun dalam hati kecilku pun mulai terasa kepedihan, serasa ditusuk-tusuk oleh jarum yang menghujani hatiku yang lemah ini. Ingin rasanya aku keluar dari sini dan menghisap rokokku sebanyak yang mulutku mampu.
Aku berdiam diri di balkon, menenangkan perasaanku yang diselimuti kemelut kekecewaan seraya menghisap rokokku. Sedikit tenang perasaanku, walau masih di mataku terasa gatal karena adanya air mata yang mengalir. Seketika aku merasakan bahuku ditepuk.
"Eh Ncit, lo ngapain diluar? dingin tau."
Rupanya Januar, teman sebangkuku dan juga teman terbaikku saat melakukan banyak hal konyol dulu SMA.
"Eh lo Cing, kirain siapa."
"Ayo pasti ngirain Rianti ya? Hahaha, lo juga sih kelamaan, diembat orang deh."
"Lo kira ikan apa diembat-embat..."
"Santai Ncit, lo ah sensian amat. Masuk yuk, temen-temen lagi asik curhat tuh di dalem."
"Males ah, lo aja..."
"Eh lo ikut aja ngapa? sini, sini."
Lagi aku seperti sapi yang congornya ditarik-tarik, mau tak mau kuikuti temanku itu.
Terlihat senda gurau diantara teman-teman lama yang mengenang masa-masa SMA dulu, namun pertanyaan Aryuni pada Rianti yang mengejutkanku.
"Eh Ri, emang dulu SMA lo ngga ada gitu suka sama temen-temen sekolah dulu? secara kan banyak laki-laki ngincer jadiin lo gebetan mereka."
"Ah, ngomongin apaan sih Yun."
"lah masa ngga ada yang nyangkut di hati lo."
"Ha, kamu ini kayak polisi aja, interogasi terus..."
"Ngga, kami penasaran aja, lo ini lurus apa ngga... Hehehe"
"Sebenernya ada sih..."
"Ayo cerita sama kita-kita Ri!!!"
"Ah, malu ah. Lagian aku kan udah mau nikah."
"Ah, ayolah Ri, daripada kami mati penasaran."
"Ah lebay lo Yun. Ya udah gue cerita. Hmmm. gini...dulu tuh...sebenarnya gue itu...Hmmm...suka sama...si...Aris..."
Jleb! wanita yang selama ini aku kagumi, juga menaruh rasa yang sama terhadapku.
"Masa sih, ngga percaya gue Ri."
"Bener, cuman...yah itu tadi...Aris terlalu cuek orangnya...kayaknya dia malah ngga suka sama aku. Jadi yang aku sekarang mulai ngubur rasa itu ke dia Yun..."
"Iya juga sih Ri, Aris orangnya cuek abis emang."
Rasanya ingin kubantah pernyataan Aryuni terhadapku. Ingin rasanya kuteriakkan perasaanku yang sedari dulu kupendam. Namun aku tidak ingin menjadi orang pengacau di keadaan ini.
Seluruh undangan sudah beranjak ke lantai dansa. Aku bergegas ke atas panggung, kuraih mikrofon 
dari pembawa acara.

"Hari ini, aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk kedua mempelai yang berbahagia ini. Sebuah lagu yang berjudul For a Thousand Years dari Kristina Perri."

Kupetik gitar tersebut, dan dengan lembut kumainkan gitar itu. Aku berharap dengan lagu ini dia akan tahu perasaanku. Aku harap dia gembira mengetahui aku juga mencintainya. Aku berharap dia akan berbahagia...walaupun bukan aku yang akan membahagiakannya.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Cinta dalam gelap 2



Aku menutup telingaku dan menangis. Aku duduk di jalan tanpa peduli apa-apa lagi. "Riyu ... kamu di mana ... aku takut ... Riyu"."Tak apa, ada beribu cahaya yang bersinar setiap harinya, tak peduli siang atau malam, mereka akan terus bersinar. Suara Riyu terdengar begitu menenangkan, namun terdengar jauh. Sepertinya ia sedang berfiri. "Di mana ... cahaya-cahaya itu?" Riyu mendongakkan kepalaku ke atas. Mataku menangkap sebuah pemandangan indah yang selama ini tak pernah aku pedulikan. Bintang.

Langit kala itu sangat cerah, tak ada awan di langit. Langit begitu hitam dan gelap, namun beribu bintang bersinar menghiasinya. Bulan sabit menampakkan senyum langit. Indah.

"Kegelapan tidak selamanya menakutkan. Kadang ia bisa menjadi wadah yang tepat untuk menciptakan sesuatu yang indah."
Aku masih terpana langit malam. Tapi aku tahu, ucapan Riyu dalam.

Lampu jalan berkedip, membuat aku dan Riyu terkejut. Kedipannya makin cepat dan akhirnya lampu menyala. "Syukurlah." ujarku lega. Aku menatap langit kembali, namun pemandangan indah tadi tak terlihat lagi. Cahaya bintang-bintang itu tersapu oleh cahaya lampu jalan.

"Bintangnya ..." gumamku kecewa. "Mereka tidak kemana-mana, tenang saja. Sekarang, coba tutup matamu." Meski tidak terlalu yakin, aku menutup mataku. Aku merasakan Riyu menyentuh rambutku dan memainkannya. "Selesai! Buka matamu!" Aku pun membuka mataku. Riyu mengenyampingkan rambutku ke leher kananku dan mengikatnya dengan ikat rambut dengan bintang putih di atasnya. "Bintangnya ada di sini." Kata Riyu seraya menunjuk bintangnya sambil tersenyum ramah. "Ini benda yang aku ambil tadi." "Terima kasih, Riyu. Mulai detik ini ... kegelapan takkan membuatku takut lagi."

"Ketika aku masih kecil, aku pernah diculik. Aku disekap, tangan dan kakiku diikat, kemudian di masukkan ke ruangan gelap dan sempit -semacam lemari. Siang atau pun malam, lemari itu selalu gelap. Suatu hari, aku mendengar ada keributan di luar, sepertinya ada yang ingin menyelamatkanku. Aku pun bergerak sebisaku, berharap ada yang menyadari keberadaanku di lemari itu. Benar saja, si penyelamat tadi menyadarinya. Ia berusaha membuka pintu lemarinya. Di luar, terik matahari menembus mataku. Itu pertama kalinya aku sangat merasa bersyukur bisa melihat cahaya lagi.r Aku melihat kumpulan penjahat sudah tergeletak tak berdaya di lantai. Si penyelamat tadi menarikku keluar usai melepaskan sekap dan ikatanku. Tapi tiba-tiba, ada yang menembaknya dari belakang. Ternyata masih ada penjahat yang sadar dan masih mampu menarik pelatuk pistolnya. Si penyelamat memelukku, namun ia sendiri ditembaki dari belakang. Kalimat terakhirnya adalah, "Larilah sekarang, Adikku."

Malam itu, menjadi malam yang panjang. Aku dan Riyu pulang berjalan kaki karena motor Riyu masih mogok. Usai mendengar ceritaku tadi, Riyu meminta maaf dan berusaha membuatku tersenyum. Aku menghargainya. Well, Kurasa ... aku mulai menyukainya.

"Kau bergumam terlalu keras, Sasha. Aku bisa mendengarmu."

Crap.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Cinta dalam gelap


Aku takut gelap. Ketakutan ini sudah melekat pada diriku sejak aku masih kecil. Semua tahu aku takut gelap, beruntung tak satu pun dari mereka tega mengerjaiku karenanya. Karena aku bisa saja menangis ketika tak satu pun cahaya memasuki kornea mataku.
Aku ... takut gelap.

"Mblo!"
"Apa ..." jawabku datar. Sapaan "Mblo" sudah sangat melekat padaku di lingkungan teman-temanku. Wajar saja, dari pertama kali aku menghirup oksigen di dunia sampai detik ini aku bernafas aku masih belum berkenalan dengan yang namanya cinta (baca : pacaran). "Gue punya temen baru nih. Kami mau ketemuan di taman. Temenin aku ya? Siapa tahu-" Aku menggeleng. Aku sudah tahu maksud Verra dari awal, dia mau mencomblangkan aku dengan lelaki kenalannya itu. "Gue tau siapa yang bakal kenalan, Ver. Gue pergi dulu." Verra memonyongkan bibirnya. "Gue yakin kali ini beda, Sha! Sasha! Tunggu!" Dalam sekejap Verra sudah berjalan di sampingku. "Lo sudah ngomong kayak gitu berkali-kali, Ver." "Gak ada salahnya mencoba kan?" Verra menaruh harapan besar pada kalimatnya barusan. Aku menghentikan langkahku. "This is the last. If I can't fallin in love, please stop do this stupid things. Really, I'm not interest in love. I have to stud-" Verra berlari sambil menoleh ke belakang "Jam 8 di taman! Gue tunggu di timur ya!" "Lho, Kok malam?! Ver! Verra!" Aku geleng-geleng kepala, batang hidung Verra dalam sekejap menghilang di keramaian.

Entah kenapa teman-temanku ingin sekali aku memiliki pacar. Mungkin, status cewek-gak-laku yang melekat padaku merusak imej mereka ketika bersamaku. Well, aku sama sekali tidak merasa malu tapi mereka selalu mempermasalahkan itu, terlebih Verra. Bisa dibilang, Verra itu "ratu"nya pacaran. Sudah berbagai macam cowok pernah hinggap dan terbang di hatinya. Dan satu-satunya orang yang bisa men-stop air matanya ketika kupu-kupu yang hinggap di hatinya terbang, adalah aku.

"Hallo? Ver? Ini udah jam berapa kok belum datang juga?" keluhku. Ini sudah hampir pukul 9. "Maaf maaf, bentar lagi juga datang. Gak sabar ya ketemu sama dia ~" Goda Verra. "Enak aja. Udah ah. Pokoknya kalau jam 9 nggak datang, gue pulang. Malam ini taman sepi, nggak kayak satnite." "Di sana kan nggak gelap, banyak lampu taman, jadi nggak apa-apa kan? Oh iya, dia nanti nganterin kamu pulang. Daaah~ " Verra menutup telepon. "Anak ini ..." gumamku kesal.

"Sasha ... bukan?"
Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku bergidik. "Kamu ..." "Gue Riyu. Temennya Verra." "Ah, gue Sasha. Jadi ... apa kamu bisa memberikan alasan yang bagus supaya harimau yang lelah menunggu ini tidak jadi menerkammu atas keterlambatanmu?" Riyu tertawa. "Kamu terlalu imut untuk disamakan seperti harimau. Oke, sebelumnya aku minta maaf. Motorku tiba-tiba saja mogok dan sekarang sedang beristirahat di perempatan sana." Telunjuknya menunjuk ke barat. Aku berlari ke sini dan kau bisa lihat sendiri, aku berkeringat. Kuharap harimau imut ini tidak menghindariku karenanya." Memang benar Riyu berkeringat. Nafasnya saja tidak teratur, kurasa ia mengatakan yang sebenarnya. "Oke, kamu kumaafkan. Sekarang ... apa?" Kesan pertamaku pada Riyu; biasa-biasa saja. Memang benar, dilihat dari segala arah, wajah Riyu cukup tampan, kecuali melihatnya dari atas dan dari belakang. Badannya tinggi dan berisi, mengenakan kaus berwarna hitam dengan tulisan "Life is Simple" berwarna putih. Dia mengenakan jeans hitam keabu-abuan. Membuat mata setiap gadis yang lewat melintasi kami memandang Riyu penuh harap dan memandangku dengan penuh kekecewaan. Risih.

"Katanya ... kamu takut gelap, ya?"
Oke, menurutku, yang sudah beribu kali mendengar kisah first date-nya Verra dengan beribu mantannya, cukup aneh mendengar pertanyaan macam ini pada kencan pertama. "Maaf?" responku. Mungkin aku salah dengar. "Iya, aku dengar dari Verra, kamu takut gelap. Bisa kamu cerita padaku? Aku tertarik mendengarnya." Oh Tuhan, tidakkah seharusnya Verra mengatakan pada Riyu untuk  tidak membahasnya? "Ah .. itu .. ceritanya panjang." "Tak apa
", jawabnya seketika. "Maaf, aku tidak ingin membicarakannya." Riyu menggaruk kepalanya, "Maaf sudah memaksamu. Sepertinya aku tidak sopan, ya? Maafkan aku. Aku tidak tahu caranya bersikap di kencan pertama. Jujur saja ini pertama kalinya." Pertama ... kalinya? Untuk orang macam Riyu? He must be joking! "Bagaimana kalau kita berjalan-jalan? Rasanya kaku kalau cuma berdiri di sini." ajak Riyu. Aku mengangguk.

Kami menelusuri jalan yang bersebrangan langsung dengan pantai. Angin berhembus meniup rambutku. "Ah, seharusnya aku mengikat rambutku.", kataku sembari merapikan rambutku. Riyu tersenyum. Dia memegang kepalaku lalu mengacak-acak rambutku. "Riyuuuu!" Riyu berlari. "Kejar aku!" Ia pun tertawa dan aku pun mengejarnya. Langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu tergeletak di pinggir jalan. "Ada apa, Riyu?" kataku sembari memelankan langkahku. Riyu mengambil barang yang ia lihat itu. "Apa itu?" tanyaku. "Tutup matamu!" teriak Riyu namun tak begitu keras. "Tidak akan!" jawabku langsung. Aku tidak akan menutup mataku. Gelap. "Tak apa, tutup saja! Hanya sebentar!" Aku menggeleng. Riyu perlahan mendekatiku. Ia menyembunyikan tangan kanannya dibelakang. "Apa yang kamu sembunyikan?" Tiba-tiba lampu taman mati. Semua menjadi sangat ... gelap.

"Aaaaaaa!" Aku menjerit.

Bukan hanya teman


Aku disini..
Sesuai permintaanmu..
Dulu..
Yang entah itu candamu..
Ataupun permainanmu..
Hanya ingin menyapamu sebagai teman..
Lupakanlah apa yang pernah menyentuh hatimu..
Bila saja itu merusakmu, 
Jangan gunakan pertemanan sebagai pelampiasan..
Mungkin, kau melihatku sebagai anak perempuan yang terselimuti masalah demi masalah..
Ah, itu biasa..
Kau pasti bisa melewatinya dengan mudah, kan?
Begitu katamu? 

Andai memang kau tahu sebagian kecil dari ceritaku..
Lalu mengapa mencoba menambah beban?
Kau hanya melihatku sebagai seorang yang bisa dipercayai..
Bisa diandalkan..
Atau dengan kata lain, yang lebih kasar, mudah dimanfaatkan..

Bukan aku yang berfikir bodoh..
Tapi dirimu yang bertindak bodoh..
Menghilang setelah aku mengulurkan tangan..
Dan aku mencoba mencarimu, karena kepedulianku sebagai teman..
Tapi kau diam tak menjawab seruanku..
Walaupun aku jatuh ke jurang..
Kau tidak melakukan hal yang sama sepertiku, sebagai teman..
Tidak menolong, hanya menertawakan..

Dikutip dari:kawankumagz.com

Saya cinta kamu


Berawal dari temaram malam disebuah sudut kota. 
Perbincangan hangat yang dibungkus dengan asap rokok yang tak henti.

"Kamu siapa? Mengapa kita duduk dengan latar dan pandangan yang sama?" Batin saya dalam hati. Padahal saya tau siapa kamu. Namun batin saya terheran, mengapa sosok mu mau berbagi kisah dengan saya. Saya bukan siapa-siapa disini.

Berbincang dan melewati panggilan-Nya. Saat itu mungkin saya khilaf. Seperti tidak mau melewatkan sedetik tanpa sosokmu malam itu.

Lagi-lagi asap rokok itu mengganggu. Tapi saya mengabaikannya. Terlebih menikmati arah pembicaraan yang sesekali diselipkan tawa.

Sebelum beranjak pergi. Batin saya lagi-lagi bertanya, "Sekiranya apakah kita masih bisa untuk bertemu kembali?" . Namun itu hanya perkara batin. Mana bisa saya berbicara seperti itu. Huh!

** **

"Aku baru tau selepas acara itu. Kita seperti sudah saling mengenal lama. Bawelnya aku keluar semua. Aku merasa jadi diri sendiri. Sampai-sampai aku simpan foto kamu di Hp aku. Intinya aku juga suka" Sebuah pesan yang saya terima dan saya baca di layar ponsel.

"Seberapa yakin saya suka kamu?" Ketikan saya pada saat membalas pesan itu. 

"Ya yakin aja. Jadi bener kamu jatuh cinta sama aku?" Tanya nya dengan percaya diri yang cukup besar. 

"Iya" 

"Aduh aku grogi"

"Sama"

"Mau ketemu aku lagi kalo aku udah pulang?"

"Iya. Cepetan pulang ya"

"Iya. hehe"

"Pacar kamu gimana?" Saya teringat sebuah keadaan yang salah. Sangat salah.

"Ah. Aku jadi mau punya jurus bayangan biar bisa dimilikin sama dua orang" Canda nya yang tak pernah lepas dalam setiap perbincangan.

"Nggak boleh gitu ya. Saya gak apa-apa kok" Jawab saya yang mencoba berbesar hati.

Kamu tidak membalas dan saya mengira kamu sudah terlelap. 
Saya kembali mengetik pada layar ponsel.
"Kamu cepat pulang. Ada dia yang menunggu. Ada saya juga yang menunggu. Saya cinta kamu."
Dengan cepat saya hapus pesan itu. Juga menghapus airmata yang sedari tadi membasahi pipi.
Lalu membawa pesan yang tak sempat terkirim itu ke dalam mimpi. 

Saya cinta kamu.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Sampai kapan mau begini terus


Tolong, ajari aku caranya melupakanmu.

Aku melihatnya berjalan, tampan seperti biasanya. Selalu bisa membuatku terpana, dan tidak henti-hentinya menatap dari kejauhan.
"Ciee.... Ngeliatin Dewo ya?" kata Talia, sahabatku.
Aku tersenyum. "Iyalah. Siapa lagi yang aku liatin sampai segininya?"
Talia tertawa. "Jangan cuma diliatin dong, ungkapin sana. Udah 10 tahun kan suka dia?"
Aku terdiam. "Well.... Aku gak berani."
Talia memegang bahuku. "Sampai kapan begini terus?"
Aku menatap Dewo yang berjalan melintasi kantin sekolah.
Sampai kapan begini terus?
***
Ku intip Dewo dari jendela rumah. Kulihat ia membuka pagar rumahnya, kemudian menaiki motornya.
Lalu ia melintasi depan rumahku lumayan laju, namun sempat kulihat wajahnya walaupun terlindungi helm.
"Hati-hati dijalan, Dewo..." gumamku pelan.
Selalu seperti ini. Hanya bisa mengatakan 'hati-hati' kepada tetangga kesayanganku dari balik jendela, tertanam dalam hati.
Sampai kapan begini terus?
***
Ajari aku melupakanmu.
Talia memelukku erat. Ini bukan yang pertama kalinya aku menangis untuknya, dan aku yakin bukan yang terakhir juga.
"Kamu cewek itu suka sama dia?"
Aku mengangguk, terisak pelan. "Iya... Mereka deket, Tal..."
Talia memelukku kian erat. "Sabar... Mungkin kamu harus move on."
Move on? Apa semudah itu?
Melupakan perasaan selama 10 tahun ini?
"Kamu move on, atau ungkapin ke dia...
"Sampai kapan mau begini terus?"
***
Melupakan mungkin bisa, namun apakah merelakan semudah itu?
Ku tatap langit sore kali ini. Tenang, damai.
Dewo.
Melupakanmu saja sulit, apalagi sampai harus merelakan?
Tapi aku lelah; menunggu untuk yang tidak pasti.
Sampai kapan mau begini terus?

Dikutip dari: kawankumagz.com

Another2


kadang aku berfikir, kenapa aku terjebak dalam raga ini. apa yang aku pikir tak mampu aku mengucapkan lewat suara. ah...
mungkin bila aku menuliskan apa yang akan aku ucapkan, mungkin 1 rim kertas tak akan mampt. menampungnya.


malam semakin merangkak naik. melebarkan selimut gelapnya yang menghipnotis siapapun.

aku masih terjebak di sini!
aku ingin pergi, tapi hujan lagi-lagi tak mau membiarkan aku melewatinya!

oh Tuhan, kenapa aku tak bisa seperti mereka. lidahku kelu, tak mampu berucap bila dihadapan orang banyak seperti ini. kenapa tak Kau ciptakan aku tanpa mulut??? (tak bersyukur)

mataku tak bisa kulepas tatapannya dari layar handphone-ku yang seakan menjadi satu-satunya teman yang mengerti aku. 

hey, di pojok sana. sosok semampai itu yang sepertinya aku mengenal siapa dia.
perlahan dia datang menjabati tangan yang hadir di sini.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Another

ya, malam ini. aku memasuki sebuah ruangan. yang hampa (menurutku). memang terlihat begitu ramai dengan riuhnya suara tawa dan canda.

ya. dunia ini bukanlah duniaku. duniaku hanya sebatas pena dan kertas.

ah, aku diberiNya mulut. tapi tak leluasa aku memakainya. di sini, aku hanya menatap layar handphone-ku, tak bisa aku mencairkan kebekuan yang aku buat sendiri. seharusnya aku bisa memanfaatkan moment lebaran ini sebagai nostalgia masa SMA dulu. jam tanganku menunjuk ke angka 9, dan selanjutnya destinasi kami ke hunian salah seorang teman yang tidak begitu akrab. ah, sepertinya sang hujan ingin menahanku jauh lebih lama lagi di sini. menjebakku dalam kebekuan ini.


Dikutip dari: kawankumagz.com

Sewindu selamat tinggal


Sepi, kosong. Agak sedikit hampa, aku tak pernah menyadari betapa besar ketergantungan ku akan kamu. Semua orang memang begitu bukan? Tak pernah tau apa arti sesuatu sampai akhirnya kehilangan. Aku melihat, namun buta. Aku mendengar tapi seakan tuli. Aku tak percaya? sewindu hitungan masa musnah tinggal luka.

Kamu satu satunya orang yang kupercaya dustanya. Kamu bisa membuatku bertahan menunggu hari berlalu bulan berganti dan musim berubah. Kamu bisa membuatku jatuh cinta meski hanya dengan berkedip dan tak melakukan apa apa.

Kupikir selama ini kita bahagia, kita tertawa, bersandar diam melihat dunia, jatuh tertidur dengan jari tangan masih terjalin. Hey.. Aku dan kamu sempurna. Bahkan jarak ratusan kilometer cuma hitungan angka. Tak punya makna, katamu sore itu sambil memeluk ku dan masuk ke kereta. Kamu tersenyum lewat jendela dan aku melambai.

Dan petaka itu tiba. Hari dimana seharusnya jadi bahagia karena aku ke kota mu dengan rahasia. Dadaku berdebar, membayangkan betapa akan menyenangkan merayakan ulang tahun mu ke dua lima bersama. Aku memakai terusan putih selutut dengan pita violet di pinggang, kamu pernah memuji ku dengan gaun ini sebelumnya.

Aku menunggu mu usai jam kerja. Lobby kantor mu dingin, aku bergidik menyesali cardigan yang kusimpan di hotel tempatku bermalam. Sekali lagi aku tersenyum, membuka kotak kado dan menyentuh pita nya. Bayangan ku menerawang tak sabar menunggu kamu pulang dan terkejut melihat ku berdiri di ruang tunggu.

Namun bukan kamu saja yang terkejut ternyata, darah ku seakan dihisap habis dari kepala. Kamu disana, tampan seperti biasa. Dengan kemeja biru muda dan dasi berwarna senada. Tapi dengan wanita yang menggandeng bahu mu, rambut cokelat dan lipstik merah menyala. Cantik. Aku tersenyum pahit. Kamu gugup dan ketakutan.

?Marsha, kapan kamu sampai?? tanyamu cemas. Wanita disampingmu menyeringai, sekilas aku ingat dongeng tentang nenek sihir yang membawa apel di keranjangnya.

?Aku senang akhirnya ada kesempatan untuk bertemu denganmu.? kata nenek sihir padaku.

Aku mengambil nafas berusaha tenang, ?Dia siapa?? pertanyaan bodoh yang sudah jelas jawabannya.

Hening. Bukannya menjawab kamu diam seakan bisu.

?Aku pacarnya, kami sudah 6 bulan ini bersama. Aku tau Tommy punya kamu. Tapi mau bagaimana? Aku takhluk, kamu tau dia begitu mempesona bukan??perempuan itu menceracau didepanku. Entah apa yang dia katakan selanjutnya.

Yang aku ingat, aku tersenyum pilu saat itu. ?Selamat ulang tahun Tom, hari yang menyenangkan untuk dikenang.? kataku melepas cincin pertunangan kita dan melemparnya ke arahmu. Berbalik pergi.

Dan disini aku sekarang, dalam kereta yang membawa ku pulang. Dengan luka, air mata dan perih yang kuseka dalam diam.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Pergi bukan berarti benci

Malam itu menjadi malam terakhir aku berhubungan dengan nya . Ya walaupun hanyal lewat pesan singkat di layar handphone . Aku siap melepas nya , melepas dia , dia yg bukan kekasihku . Namun perasaan diantara kita sudah sangat kuat . Karena perasaan kita sudah terbangun sejak kita kecil .

Aku dan dia sudah bersama sejak kecil . Sejak kita duduk di Taman kanak-kanak . Di bangku SD perasaan itu semakin meluap di antara kita . Seperti bom waktu yg siap meledak . Bangku SMP sudah menyambut kita . Namun bom itu tak jua meledak . Ungkapan perasaan itu hanya lewat isyarat , tak lebih . 

Akhirnya kita berpisah di bangku SMA . Karna aku pindah ke luar kota . Aku berhubungan dengan dia hanya lewat pesan singkat . Dua tahun berlalu , akhirnya bom waktu itu meledak juga . Walaupun hanya lewat pesan singkat , namun sekuat hati aku kumpulkan nyali untuk mengungkapnya . Perasaan nya sama , sama dengan ku . Betapa senang nya diriku walaupun ia mengucap nya lewat pesan singkat .

Tapi , suasana hening seketika , ketika ia bilang dia sudah punya kekasih . Sekuat hati aku menahan luapan rasa kecewa ku . Namun tak kuasa aku membencinya . Perasaan kita masih kuat . Namun hatinya sudah terbagi . Sekarang tinggal penyesalan , penyesalan karna sudah sangat terlambat perasaan itu aku ungkap kepadanya .

Tiga tahun berlalu , akupun kembali satu kota dengan nya . Dia pun membuktikan bahwa kita masih bisa bersama , tapi tanpa ikatan . Setengah taun ku lewati bersama nya . Namun hati ini lelah juga , lelah seperti ini . Kita bersama tapi dia sudah ada yg memiliki . Aku merasa berdosa . Lebih baik aku pergi , pergi dari kehidupan nya dan tak kembali lagi . 

Malem itu akhirnya aku selesaikan semua . Semua rasa kecewa ku ungkapkan pada nya . Dia menangis , marah kepada ku . Dia tak mau aku pergi . Tapi aku sudah siap , siap untuk melepas nya . 

"Aku pergi bukan berarti aku benci . Aku hormati ikatan mu dengan nya . Aku tak peduli kau sangat membenci ku saat ini , namun harus kau tau satu hal , perasaan ini masih kuat . . . masih ."


Dikutip dari: kawankumagz.com

Yang dirasakan hati setahun ini


Aku selalu suka melihat wajahnya, terutama setiap kali aku merayunya. Wajah yang selalu tersipu setiap mendengar kata-kata yang terlontar dari bibirku. Wajah yang selalu kebingungan harus berbuat apa setelah selesai kurayu. Juga wajah yang tak jarang menunjukkan ekspresi cemas, takut apa-apa mungkin saja terjadi padaku.

Aku selalu suka matanya. Matanya, yang selalu saja sibuk melihat ke kanan dan ke kiri, memantulkan kecemasan, kalau-kalau ada orang memandang tajam pada kami, terutama aku. Matanya yang ketika bercerita, sesekali menghindar dari tatapan mataku. Matanya, yang selalu berhasil kupandang dalam-dalam, dan ia selalu berkata bahwa ia keberatan, dipandang demikian.

Aku selalu suka suaranya. Suara yang sesekali kudengar di pagi hari, ketika ia memintaku membangunkannya. Suara yang juga sesekali kudengar di malam hari di kala ia bernyanyi, mendendangkan nyanyian nina bobo untukku, juga suara yang sering kudengar di siang ataupun sore hari ketika kami saling bertukar cerita mengenai kehidupan kami.

Aku juga selalu suka bibirnya. Bibir yang tak henti-hentinya menuturkan cerita-cerita tentang dirinya, dan masa lalunya. Bibir yang sering memberi berbagai petuah kepadaku, yang juga menggambarkan kecemasannya terhadap aku yang terlalu terpaku pada masa lalu.

Aku selalu suka aroma tubuhnya. Setiap kali kami pergi bersama, di mobil, aku sering menciumi aroma tubuhnya, dan sesekali memohon padanya supaya sebaiknya sepulang dari pertemuan kami hari itu, ia jangan langsung mandi. Tak jarang ia memarahiku. Menegurku, takut kalau-kalau ada orang yang melihat kami, dan berpikir yang tidak-tidak tentang kami, terutama aku.

Aku suka jika ia menegurku. Tersirat rasa khawatir dari matanya. Entah aku yang mengsalahartikan, atau memang demikian. Tapi aku suka, jika ia berbuat demikian. Aku juga suka menghabiskan waktu berdua dengannya. Sekedar berbicara hal-hal tak berbobot, sampai obrolan yang paling mendalam. Sekedar duduk berdua di foodcourt kampus, sampai pergi jalan-jalan mengitari kota Bandung tercinta. Aku suka cangkir demi cangkir minuman pilihannya, yang selalu kuminta ia khusus memilihkannya untukku. Aku suka cara pikirnya, yang selalu mengingatkanku akan pentingnya peranan logika dalam suatu hubungan. Aku suka dia. Lelaki yang datang dalam hidupku, dan kemudian merusak segala rencana-rencana hati ini.

Semua tentang dirinya, aku suka. Suka sekali.


Dikutip dari: kawankumagz.com

Astronomi

Aku berdiri diatas planet tak bernama. Menanti hujan meteor yang akan segera membanjiri langit malam. Aku melihat rembulan tersenyum padaku. Akupun melambaikan tanganku padanya. Tiba-tiba saja bintang-bintang menghampiriku. Mereka mengajakku untuk mengelilingi bima sakti. Mereka mengajakku untuk menari ditengah-tengah awan antarbintang, nebula. Lalu mereka mengajakku untuk berkunjung kebeberapa asteroid yang kami lewati. Bintang-bintang itu lalu menyeretku dalam suatu pertunjukan indah, pertujukan langit, supernova. Mereka kembali menyeretku dalam keantusiasan mereka. Bintang-bintang melemparku ke galaksi andromeda. Rasanya seperti berada disebuah ruang hampa bermandikan cahaya. Mereka memutuskan untuk membawaku kembali ke planet tak bernama. Namun, kami dihadangi oleh lubang hitam yang besar. Demi menyelamatkanku, beberapa bintang rela disedot oleh lubang itu, dan membiarkan aku dan sebagian bintang lain lewat. Aku sedih, namun bintang lain menyemangatiku untuk terus maju. Ketika hampir sampai pada tujuan, beberapa meteor menyerang kami, bintang-bintang yang tersisa melawan meteor-meteor itu dan meminta aku untuk tetap maju. Aku sampai ditujuan. Tapi langit malam telah berubah menjadi langit fajar. Senyum manis rembulan tak terlihat lagi. Dan juga tak ada bintang-bintang yang mengikutiku lagi. Cerita terakhir adalah kisah perjalan pulang yang menyedihkan. Tapi tak apa. Kini, aku punya kisah yang akan aku ceritakan di planet tak bernama ini. Mari dengarkan kisah astronomiku.

Dikutip dari: kawankumagz.com

Hope

Suatu hari aku bermain-main di ladang seperti biasa. Menangkap capung dan kejar-kejaran sama burung pipit yang nakal memakan gandum di ladang. Tiba-tiba aku mendengar suara berisik di gudang tempat kakek menimbun hasil ladang. Kubuka perlahan pintu kayu yang melapuk itu. Terlihat cahaya yang sangat silau aku melihat unicorn ya benar aku melihat unicorn berwarna merah jambu di situ aku tidak berbohong. Ku katakan hal tersebut pada kakek yang sibuk mengangkut gandum ke gerobak tapi kakek tidak percaya. Lalu aku kembali ke gudang kakek dan melihat sang unicorn telah hilang. Tapi tunggu, tanduknya patah iya aku menemukan tanduknya saja akhirnya ku bawa ke kamar.
Malam harinya aku tertidur pulas, aku tidak mengetahui hal apa saja yang terjadi saat itu. Disaat pagi dan aku terbangun, tanduk unicorn tadi menghilang tapi aku menemukan sebuah kotak musik di tempat aku meletakkan tanduk unicorn tadi malam.
Ku bawa kotak musik itu di tengah ladang yang kering dan gagal panen akibat musim kemarau berkepanjangan. Ku buka perlahan terdengar lagu klasik yang sangat indah. Lalu aku menari, berlari, menyapa sahabat-sahabatku di sana. Capung dan burung pipit. Tiba-tiba muncul cahaya terang dari kotak musik itu cahaya itu lalu menyelimuti seluruh ladang kakek. Dengan ajaib cahaya itu merubah ladang kakek yang gersang menjadi ladang siap panen. Kakek yang melihat dari gudang takjub dan bersyukur karena kini kakek tidak jadi menjual ladang dan tanahnya. Sekarang ladang ini hidup kembali berkat cahaya. Cahaya itu adalah wujud dari upaya kerja keras dan harapan kakek selama ini. Hope will never die even you throw it in the dark.


Dikutip dari: kawankumagz.com

3 tanda cowok benci sama kita

Ini gue kutip dari kawankumagz.com, mau tau gimana ciri cowok yang benci sama kit? Nih dibaca ya...
Berlaku beda
Perlakuan dia sama kita enggak sama lagi kayak pas kita berteman baik sama dia. Selain itu, perlakuan dia ke orang lain sama ke kita cenderung berbeda. Misalnya, waktu temannya meminjam buku catatan dia berikan dengan baik-baik, tapi begitu kita yang meminjam dia malah kelihatan cuek dan mencari seribu satu alasan buat enggak meminjamkannya. Hal itu bisa jadi salah satu ciri, girls.

Menghindari kontak sama kita
Jangankan buat melihat wajah kita, menatap mata kita saja dia enggak mau. Dia berusaha menghindari segala kontak sama kita. Dia juga jadi jarang terlihat di setiap kegiatan yang melibatkan kita di dalamnya. Pokoknya, semenjak peristiwa itu dia jadi menjauh sama kita.

Enggak ramah di media sosial
Setiap kita chat dia pasti lama banget membalasnya, bahkan sampai enggak dibalas sama sekali. Selain itu, mention kita di Twitter enggak dia tanggapi. Lebih parah lagi, dia kelihatannya mau menghapus kita dari kehidupannya dengan unfollow Twitter dan unfriend di Facebook. Duh,perlakuan dia ini enggak wajar banget dan sudah enggak kayak teman lagi buat kita.

Kalau ketiga ciri tadi persis sama kasus kamu, siap-siap buat tindakan selanjutnya, girls. Keadaan kayak gini enggak sehat buat hubungan pertemanan. Kalau sudah ada waktu yang pas, ajak dia bicara dan berusaha minta maaf kalau kita memang ternyata bersalah sama dia. Perlu keberanian buat melakukan hal ini, makanya kita harus mempersiapkan diri terlebih dulu. Hindari sebisa mungkin bicara lewat SMS, chat atau media lainnya. Hal-hal dengan perantara kadang kurang enak buat menyelesaikan masalah kayak gini. Semoga berhasil, girls!

.....

Hay girls! Malem ini gue mau posting tentang apa aja yang lagi ada di otak gue nih! Mumpung lagi liburan jadi banyak waktu luangkan. Nih mendingan pake buat bacain isi blog gue yang super penting ini. Yuk dipantengin terus(:

Sabtu, 10 Agustus 2013

Cukup buat hari ini

Karna malem makin larut dan otak gue juga lagi ga lancar buat postingan bertema galau, maklum ga hobi galau sih, terpaksa gue sudahin dulu ya buat malem minggu ini. Sekian dulu dan terimakasih

Dampak dari galau

Dikutip dari kompas.forum.com, ternyata galau itu berdampak buruk bagi kesehatan loh! Ini nih beberapa dampak yang ditimbulkan dari galau:
Melemahkan Daya Tahan Tubuh
Profesor Lord dan para ilmuwan dari Universitas Birmingham telah meneliti, bahwa stress dan depresi yang diakibatkan patah hati bisa mengganggu fungsi sel darah putih yang disebut dengan neutrofil. Neutrofil sendiri fungsinya adalah memerangi bakteri tertentu seperti pneumonia.
Kalau kamu patah hati, neutrofil ini akan kalah melawan bakteri karena aktivitasnya ditekan oleh kadar hormon stres kortisol. Ini sebabnya ketika patah hati dan mengalami kesedihan mendalam, tubuh kamu tiba-tiba mudah terserang penyakit.
Kesehatan Otak
Putus cinta juga bisa mengganggu kesehatan otak, tepatnya pada bagian secondary somatosensory cortex. Di sinilah saraf anggota tubuh terganggu sehingga kamu bisa merasa nyeri otot dan pegal-pegal.
Tidak hanya itu, stress yang kamu rasakan juga bisa membuat otak gagal mengirim sinyal lapar yang membuat malas makan, bobot tubuh berkurang dan terkena magh.
Kesehatan Rambut
Tidak hanya leukemia, ternyata kerontokan rambut juga disebabkan oleh patah hati. Rasa stres dan depresi akibat patah hati bisa menghambat penumbuhan rambut.
Terganggunya Sistem Hormonal
Patah hati bisa membuat kelenjar adrenal dalam sistem hormonal meningkatkan produksi hormon adrenalin dan kortisol dengan tidak terkontrol. Umumnya, kuantitas hormon yang diproduksi setiap orang berbeda.
Dengan meningkatnya stress, maka ketidakseimbangan hormon juga semakin meningkat. Dampaknya sangat buruk, karena bisa meningkatkan tekanan darah dan membuat peredaran darah menjadi tidak lancer. Tidak hanya itu, kesehatan kulit kamu dapat terganggu. Jangan kaget ketika kamu baru putus, muncul bintik-bintik merah atau jerawat pada wajahmu.
Sakit Perut
Stres akibat patah hati bisa membuat produksi asam lambung dalam tubuhmu meningkat. Inilah yang membuat kamu merasa mulas dan terasa sakit pada perut. Selain itu, akibat nafsu makan yang berkurang, kamu bisa terkena sakit magh.

Galao

Sebernya ciri-ciri galau itu relatif, gals, tergantung sama individunya. Tapi ini gue kutip dari pengalaman gue menghadapi temen gue yang hobinya galau terus dan yang pasti gue gak perlu nyebutin namanya.
1. Lebih suka menyendiri
Kalo kalian punya temen yang biasanya riang girang terus-terusan tiba-tiba lebih suka menyendiri itu sudah bisa dipastikan lagi galau! Faktanya orang-orang yang lagi galau lebih suka sendirian dan merenung. Awas kesambet loh kalo kebanyakan melamun.........
2. Mudah terbawa suasana
Orang sedih, dia ikutan sedih eh tapi gak lama sesudah itu dianya malah kegirangan ngeliat temennya seneng, nah perlu dipertanyakan ini orangnya lagi galau atau apa ya?
3. Ngantuk, suntuk, dan males buat ngerjain apa-apa
Terkecuali buat orang yang basicnya pemales ya, gak masuk golongan galau tuh.
4. Baca postingan gue ini sampe habis
Soalnya mau cari tau, "apakah gue juga termasuk dalam golongan anak-anak yang lagi galau?"
Oke sekian ciri-ciri lagi galau dari gue. Ga usah ditanggepin serius! Ini ga beneran kok, cuma sekedar iseng yang tersalurkan.

Sekilas info

Malem ini gue mau posting tentang info-info menarik seputar galau. Disesuaikan buat malem ini karena, ini sabtu malem ya alias malem minggu yang dianggap 'amgker' bagi kalangan jomblo ngenes. Yuk pantengin terus postingan kita selanjutnya....

Jumat, 09 Agustus 2013

Heranin banget.....

Gue bener-bener heran sama sinyal dr operator yang gue pake ini. Memang sih, banyak gratisannya trus untuk paket internet, tergolong murah dan praktis. Tapi untuk urusan sinyal, gue angkat tangan banget! Nyerah gue beneran. Kalo mendung dikit aja, wihhh sinyalnya langsung hilang-hilang gitu. Trs kekuatan sinyalnya, makin malem makin bagus..jadi kalo mau ngepost kejer-kejeran gini ya malem-malem gini biar ga gangguan. Kalian tau operator apakah ini?
Oke, sekian postingan gue yang ga penting ini. Selamat malam.

Everything back but you

Lagu ini sering gue dengerin kalo mood gue lagi bener-bener rusak. Musiknya pas banget buat dipake  untuk aksi anarkis gitu. Menurut gue musiknya bener-bener merusak! Soalnya kalo dengerin lagu ini emosi kita pengen banget disalurkan ke barang-barang yang ada di sekitar kita! Hihi, serem yah.... Ga tau itu bawaan emosi karena mood yang lagi rusak atau karna musiknya bener-bener bikin semangat. Emang avril lavigne itu ga ada duanya deh untuk urusan musik rock!

Fifteen

Yang gue suka dari lagu ini adalah musiknya. Kalo dengerin lagu ini, gue ngerasa kok jadi centil trus masih kekanak-kanakan gitu. Lagunya bener-bener asik buat didengerin terus-terusan!

Rock n roll

Ini lagu terbarunya avril lavigne yang baru dirilis belum lama ini gals! Dan laguini sebenernya agak melenceng dengan judul, soalnya genre lagu ini justru lebih ke poprock gitu. Penasaran lagunya? Dowload aja di sirus kesayangan kamu ya! We're rock n roll!!!

Here's to never growing up

Sama kaya judulnya, kalo dengerin lagu ini serasa gue itu jadi orang yang bener-bener awet muda, sama kaya penyanyinya nih, avril lavigne. Lagunya yang ngebeat cocok banget untuk kita yang lagi males-malesan buat gerak, biar bisa semangat lagi sih biasanya gue ngecharging mood dengan dengerin lagu ini.