Minggu, 11 Agustus 2013

Matahari bumi dan cinta


"Hallo, selamat pagi Matahari yang menghangatkanku di sepanjang hari" sapa Bumi kepada Matahari. 
"Selamat pagi planet yang setia pada orbitnya, sambutlah senyumku ini dan beritakan kabar gembira pada manusiamu"
"Tidak. Senyummu itu bukan terkhusus untukku. Dari dulu engkau tak bisa setia padaku. Entah aku harus berbuat apa" jawab Bumi dengan nada kesedihan. Bumi menangis.
"Aku tidak mendua. Aku hanya berbagi senyum kepada kawanmu lainnya. Apa yang kamu inginkan? Kesetiaan dariku? Aku bisa setia tapi aku tak bisa bila harus menyinarimu saja. Mana bisa"
"Bagaimana dengan Bulan? Dia lebih setia daripadamu. Dia menyinariku saja"
"Apakah kamu yakin senyum Bulan itu asli? Apakah kamu tau jika Bulan sebenarnya tidak bersinar? Dengar Bumiku sayang, aku diciptakan tidak untuk menjadi setia denganmu tapi aku diciptakan untuk bisa menjaga dan menyayangimu. Kita tidak ditakdirkan dekat tapi Tuhan Maha Adil, kita masih ditakdirkan untuk saling bertemu di Gerhana. Bayangkan bila aku terus disampingmu...aku bisa membunuhmu. Aku memberikan kehangatan yang pas untukmu dan masa depanmu. Aku tidak menduakanmu dan saat ini aku tidak sedang merayumu" tutur Matahari.
"Jadi.....aku...maaf" 
Bumi hanya tersenyum haru mendengar kisah Sang Matahari.
Seperti cinta, sebenarnya indah namun terlalu menuntut. Dua hati yang tengah damai harus terpisah hanya karena tidak ada kata setia. Jangan berpikir Matahari tidak setia, justru dia sangat setia pada tugasnya. Ia hanya ingin melindungi Bumi. Jadilah Bumi yang tidak banyak menuntut. Jadilah bumi yang tidak cemburuan. Apa jadinya bila benar Bumi memilih Bulan? Hanya memilih senyum palsu yang sebenarnya dingin dan sama sekali tidak menghangatkan. Cinta itu tidak butuh kesempurnaan, cinta itu hanyalah perasaan manusia yang harusnya diekspresikan dan dikembangkan, bukan dieksperimenkan. Menyayangi cinta dengan kasih, bukan dengan cinta.

Dikutip dari: kawankumagz.com

0 komentar:

Posting Komentar