Minggu, 11 Agustus 2013

Our love story2


Mela menutup matanya yang terasa berat. Bayangan masa lalu itu selalu menghantuinya. Masa lalu yang selalu ingin ia perbaiki.
"Kenapa harus seperti ini?" tanya Mela lirih.
Gadis itu melepas kacamatanya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Menatap rerumputan di dekat kakinya. Dengan perlahan gadis itu kembali menengadahkan kepalanya. Menatap langit yang sudah berubah warna.
Malam tlah tiba.
"Apa ini balesan dari elo buat gue? Iya? Jawab! Jawab!!!"
"Mela..." panggil sebuah suara di belakangnya. Mela menoleh dan melihat Ambar mendekatinya dengan langkah pelan.
"Udah gue duga, lo pasti di sini." Kata Ambar pelan, kemudian duduk di samping Mela.
"Lo tau? Gimana sakitnya ngeliat kematian di depan mata lo sendiri?" Tanya Mela lirih.
Ambar merangkul bahu Mela yang bergetar. Matanya kini mulai berkaca-kaca.
"Gue ngerti, Mel. Gue ngerti,"
"Rasanya nyesek, Bar. Rasanya nyawa lo juga ikut mati."
"Mel, lo jangan nyiksa diri lo kayak gini. Dia bakal gak tenang di sana kalo lo terus-terusan kayak gini." ujar Ambar sarat perhatian.
"Lo gak tau, Bar. Lo gak ngerasain."
***
Tama menatap gadis yang tengah serius membaca di bangku taman belakang sekolahnya ini. Sudah dari awal masuk menjadi murid SMA Tama sudah mulai menatap gadis itu secara diam-diam seperti ini.
"Mau sampe kapan lo jadi mata-mata kayak gini?" sebuah suara pelan di belakang Tama sontak membuatnya terlonjak kaget.
"Mau sampe kapan, ha?"
Tama meringis pelan saat melihat Ambar di depannya tengah berkacak pinggang.
"Emang lo mau dia jadi benci gara-gara pertengkaran gak mutu kalian selama ini?" tanya Ambar lagi.
"Gue gak tau, Bar." jawab Tama dengan nada lelah. "Dia benci sama gue juga, gak papa. Mungkin ini lebih baik bagi gue."
"Mungkin ini lebih baik buat gue..." Ambar mengulang kata-kata Tama dengan nada mengejek. "Gue gak nyangka sepupu gue bisa seperti ini. Lembek banget! Gak sesuai banget dengan predikat 'prince charming' yang lo sandang."
"Yang ngasih predikat itu kan bukan gue yang pengen, Bar. Para fans gue yang ngasih itu ke gue,"
"Cih, fans lo bilang? Gue yakin fans lo bakal nangis darah kalo tau pangeran mereka gak berani deketin cewek yang dia suka."
"Gue bukan gak berani, Bar." kata Tama pelan.
"Trus? Ini apa namanya kalo gak berani?" kejar Ambar.
"Mela itu berbeda dari cewek yang lain. Gak terpengaruh dengan predikat yang gue sandang. Bahkan dengan beraninya dia nentang gue. Gue bosen dengan cewek-cewek yang ngejer gue. Mela beda, dia... istimewa...."
" Udah, mending lo jujur sama dia tentang perasaan lo. Gue capek jadi pacar boongan sepupu gue sendiri. Bisa susah gue dapet cowok beneran gara-gara elo."
***
"Dia selalu sayang sama elo. Dia gak bohong." kata Ambar.
Mela menoleh, memperlihatkan Ambar wajah rapuhnya.
"Tapi dia udah bohongi gue tentang penyakitnya." seru Mela.
Ambar tersenyum tipis sambil menghapus jejak-jejak air mata di wajah Mela.
"Lo harus tau, Mel. Tama juga gak tau tentang penyakitnya ini. Penyakit ini gak pernah dia sadari sampe ajal menjemput dia."
***

0 komentar:

Posting Komentar