Minggu, 11 Agustus 2013

Yang dirasakan hati setahun ini


Aku selalu suka melihat wajahnya, terutama setiap kali aku merayunya. Wajah yang selalu tersipu setiap mendengar kata-kata yang terlontar dari bibirku. Wajah yang selalu kebingungan harus berbuat apa setelah selesai kurayu. Juga wajah yang tak jarang menunjukkan ekspresi cemas, takut apa-apa mungkin saja terjadi padaku.

Aku selalu suka matanya. Matanya, yang selalu saja sibuk melihat ke kanan dan ke kiri, memantulkan kecemasan, kalau-kalau ada orang memandang tajam pada kami, terutama aku. Matanya yang ketika bercerita, sesekali menghindar dari tatapan mataku. Matanya, yang selalu berhasil kupandang dalam-dalam, dan ia selalu berkata bahwa ia keberatan, dipandang demikian.

Aku selalu suka suaranya. Suara yang sesekali kudengar di pagi hari, ketika ia memintaku membangunkannya. Suara yang juga sesekali kudengar di malam hari di kala ia bernyanyi, mendendangkan nyanyian nina bobo untukku, juga suara yang sering kudengar di siang ataupun sore hari ketika kami saling bertukar cerita mengenai kehidupan kami.

Aku juga selalu suka bibirnya. Bibir yang tak henti-hentinya menuturkan cerita-cerita tentang dirinya, dan masa lalunya. Bibir yang sering memberi berbagai petuah kepadaku, yang juga menggambarkan kecemasannya terhadap aku yang terlalu terpaku pada masa lalu.

Aku selalu suka aroma tubuhnya. Setiap kali kami pergi bersama, di mobil, aku sering menciumi aroma tubuhnya, dan sesekali memohon padanya supaya sebaiknya sepulang dari pertemuan kami hari itu, ia jangan langsung mandi. Tak jarang ia memarahiku. Menegurku, takut kalau-kalau ada orang yang melihat kami, dan berpikir yang tidak-tidak tentang kami, terutama aku.

Aku suka jika ia menegurku. Tersirat rasa khawatir dari matanya. Entah aku yang mengsalahartikan, atau memang demikian. Tapi aku suka, jika ia berbuat demikian. Aku juga suka menghabiskan waktu berdua dengannya. Sekedar berbicara hal-hal tak berbobot, sampai obrolan yang paling mendalam. Sekedar duduk berdua di foodcourt kampus, sampai pergi jalan-jalan mengitari kota Bandung tercinta. Aku suka cangkir demi cangkir minuman pilihannya, yang selalu kuminta ia khusus memilihkannya untukku. Aku suka cara pikirnya, yang selalu mengingatkanku akan pentingnya peranan logika dalam suatu hubungan. Aku suka dia. Lelaki yang datang dalam hidupku, dan kemudian merusak segala rencana-rencana hati ini.

Semua tentang dirinya, aku suka. Suka sekali.


Dikutip dari: kawankumagz.com

0 komentar:

Posting Komentar