Minggu, 11 Agustus 2013

Our love story

Senja yang bergantung di ufuk, angin yang sepoi-sepoi melambai tak sedikit pun membuat gadis itu berhenti memandang langit dengan tatapan sendu. Bibirnya yang mungil berulang-ulang kali mengucap sebuah kata yang hanya bisa ia dengar sendiri. Matanya memerah, nafasnya tersenggal-senggal, terbungkus emosi yang sedari tadi berusaha ia redam. Air mata yang sedari tadi mendesak ingin keluar pun kini mulai membasahi pipi mulusnya. Kacamatanya kini mulai berembun. Membuat pengelihatannya sedikit mengabut.
"Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa?" tanyanya lirih pada jingga di langit sana.
***
"Lo gak akan pernah tau karena elo itu ngerasa lo yang paling bener!" Mela, gadis berkacamata yang pendiam itu membuat seluruh penghuni SMA Arbidasari terdiam seketika.
Bagaimana tidak, gadis yang terkenal pintar, dingin, dan hanya mengeluarkan suaranya jika perlu itu kini dengan berani-beraninya membentak seorang Abitama Arbidasari.
Hello, siapa sih cewek yang gak kenal Tama? Anak pemilik yayasan Arbidasari sekaligus salah satu prince charming di sekolahnya. Bahkan Mela tau betul siapa yang ada di hadapannya kini. Laki-laki yang menatapnya dengan tatapan meremehkan.
Tama mendengus pelan, kemudian dengan angkuhnya dia menepuk-nepuk bahunya yang tadi disentuh Mela.
"Udah ceramahnya 'Tuan Putri'?" Tanya Tama disertai senyuman sinisnya.
"Mending kita pergi aja deh Tam." bisik Ambar manja sambil bergelayut di lengan Tama.
Tama menoleh dan tersenyum tipis kepada kekasihnya itu. Dengan pelan Tama mengangguk dan berlalu meninggalkan kerumunan yang mengelilinginya.
"Jangan ngerasa lo hebat," bisik Tama saat laki-laki itu melewati Mela.
Mela yang mendengar perkataan Tama langsung menyunggingkan senyumnya. "Lo kira gue takut?"

0 komentar:

Posting Komentar